DAHSYATNYA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Asalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Kalimat ini sangat sederhana karena setiap orang begitu terjaga pasti melakukan komunikasi, bahkan lebih 70% waktu selama hidupnya digunakan untuk berkomunikasi. Tidak mungkin kita hidup tidak berkomunikasi, yang menjadi pertanyaan bagaimanakah kualitas komunikasi kita ? Harmoniskah, menyenangkan, menyebalkan, atau bahkan terjadi miskomunikasi.

Kita lihat beberapa contoh kejadian :

Mungkin tidak akan pernah terjadi perang antar negara manakala antar pemimpin negara mampu berkomunikasi dengan baik dan terjadi kesepahaman.

Mungkin juga tidak akan terjadi perang antar suku, antar golongan, antar komunitas, manakala komunikasi antar pemimpin informal mereka mampu menjalin komunikasi dengan baik.

Mungkin tidak ada demo buruh manakala terjalin komunikasi yang harmonis antara pengusaha dan pekerja.

Mungkin tidak akan terjadi konflik di keluarga antara bapak dengan ibu, antara anak dengan orang tua, antara saudara bahkan keluarga besar sekalipun, manakala diantara anggota keluarga menjalin komunikasi yang harmonis dan penuh empati.

Komunikasi pada dasarnya adalah hubungan antara komunikator sebagai sumber pesan dengan komunikan sebagai penerima pesan. Apakah pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan benar/utuh oleh komunikan. Apabila pesan yang diterima sesuai dengan yang dikirimkan berarti komunikasi berjalan dengan baik, apabila sebaliknya terjadi miskomunikasi. Salah satu kunci keberhasilan komunikasi pada dasarnya apabila antara komunikator dan komunikan setara/sejajar, tidak ada yang lebih tinggi. Tidak bisa pemberi pesan mendikte penerima pesan, apabila itu yang terjadi maka pesan itu tidak bisa diterima. Inilah yang pada umumnya terjadi di berbagai media komunikasi.

Sebagaimana kita ketahui bersama perang sebesar apapun tidak akan bisa diselesaikan dengan senjata sehebat apapun, konflik dalam keluarga tidak bisa diselesaikan dengan mencari benar, sebandel apapun anak tidak bisa hanya dihardik. Semuanya hanya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang harmonis, duduk bersama, saling introspeksi diri, saling menghargai, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, itulah komunikasi. Kalau tidak dilakukan dengan posisi setara komunikasi tidak akan berlangsung secara efektif.

Bagaimana komunikasi kita dengan putra-putri kita.

Barangkali bapak/ibu sudah membantah duluan tentang komunikasi setara antara orang tua dengan anak ini, mana mungkin bapak/ibu dengan anak kok setara. Setara bisa diartikan empati artinya kita bisa merasakan apa yang dirasakan anak kita. Dapat pula setara kita memposisikan tingginya sama antara mata kita dan mata anak kita sejajar saling pandang. Setara dapat diartinya menyamakan persepsi tentang segala sesuatu yang menjadi topik pembicaraan. Apabila itu semua yang terjadi maka tidak ada masalah diantara ke duanya, sama-sama memahami, sama-sama mengakui bahwa itulah yang diharapkan bersama. Apabila orang tua menghardik, memaksa, mengancam kepada anak pada saat anak melakukan kesalahan, yang terjadi anak akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari hukuman yang akan dijatuhkan oleh orang tua, caranya dengan berbohong. Kalau ini yang terjadi berarti komunikasi tidak terjalin dengan baik, apa yang diharapkan orang tua tidak pernah terwujud.

Pada kesempatan ini Bapak/Ibu saya ajak mengingat penggalan puisi Doroti bagaimana melakukan komunikasi dengan anak dan apa dampaknya :

  • Jika anak banyak dicela, Ia akan terbiasa menyalahkan
  • Jika anak banyak dimusuhi, Ia akan terbiasa menentang
  • Jika anak dihantui ketakutan, Ia akan terbiasa merasa cemas
  • Jika anak banyak dikasihani, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
  • Jika anak dikelilingi olok-olok, Ia akan terbiasa menjadi pemalu
  • Jika anak dikitari rasa iri, Ia akan terbiasa merasa bersalah
  • Jika anak serba dimengerti, Ia akan terbiasa menjadi penyabar
  • Jika anak banyak diberi dorongan, Ia akan terbiasa percaya diri
  • Jika anak banyak dipuji, Ia akan terbiasa menghargai

Dengan penggalan puisi tersebut membantu kita untuk melakukan introspeksi mana yang kita lakukan dalam komunikasi dengan anak-anak kita, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan anak-anak kita. Pada begian lain ada pendapat anak adalah peniru ulung, apa yang dilihat keseharian itulah yang ditiru. Apabila keseharian dalam berkomunikasi kita dengan nada keras, dengan nada membentak, dengan memaksa, yang terjadi adalah  anak kita juga akan berprilaku seperti contohnya.

Mari kita berubah, dapatkah kita berkomunikasi dengan baik dan setara, bahwa anak-anak kita adalah teman-teman komunikasi yang harmonis dan setara, yang penuh empati, penuh kasih sayang. Bicaralah dengan hal-hal yang positif agar anak kita juga tidak kehabisan energi untuk berbohong agar terhindar dari hukuman. Apabila ini yang terjadi anak akan  menjadi pribadi yang  mandiri karena kita selalu berprasangka baik (khusnudhon), insyaallah anak kita akan menjadi anak yang manis selalu membahagiakan orang tua. Apa yang kita rasakan akan berpengaruh pada bahasa tubuh kita, kita berprasangka baik bahasa tubuh kita akan tampak ceria, bahasa lisan kita akan enak didengar, kalau sebaliknya kita berprasangka jelek bahasa tubuh kita juga akan terlihat tidak ceria, apalagi bahasa lisan kita kurang enak didengar.  

Kita coba ambil contoh perilaku anak kita, mengapa anak suka bermain tanah, karena kita berasal dari tanah. Mengapa anak suka merusak mainnya, di dunia ini tidak ada yang kekal. Jadi kadang-kadang kita bisa mendapat inspirasi dari anak, untuk itu ayo kita berubah cara kita berkomunikasi dengan anak, karena bahasa kita pada saat berkomunikasi itulah yang akan mewarnai karakter anak kita. Kadang-kadang kita tidak menyadari apa yang dilakukan anak kita itu mempunyai nilai filosofi yang amat tinggi.

Bersama bunda-bunda permata kita bangun karakter anak menjadi cerdas, mandiri, santun dan sholeh, amin. Kebersamaan inilah modal dasar untuk membangun karakter, kami hanya meletakkan pondasi, kami hanya menanam, bapak/ibu yang merawat, sinergi ini yang sangat kami harapkan, caranya bangun komunikasi seharmonis mungkin.

Wasalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Parenting Permata (penulis Mugianto, M.Si)Play Group Islam Permata 2015