Yayasan "PERMATA" Tulungagung
ANAK SEHAT DAMBAAN SETIAP ORANG TUA

Asalamu’alaikum Wr.Wb.

Siapa yang tidak mengharapkan memiliki anak yang cerdas, mandiri, santun dan sholeh, disamping itu juga anak yang sehat. Tidak ada satupun orang tua yang tidak mengharapkan kondisi anak seperti itu. Namun untuk menuju ke arah itu diperlukan perjuangan yang hebat, karena agar kondisi itu tercapai diperlukan kesabaran, ketekunan, keajegan, pemikiran yang aktif dan kreatif dari para orang tua.

Mungkinkah para orang tua melakukan hal seperti itu ?

Mari kita ingat kembali penggalan puisi Dorothy :

  • Jika anak banyak dicela, Ia akan terbiasa menyalahkan
  • Jika anak banyak dimusuhi, Ia akan terbiasa menentang
  • Jika anak dihantui ketakutan, Ia akan terbiasa merasa cemas
  • Jika anak banyak dikasihani, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
  • Jika anak dikelilingi olok-olok, Ia akan terbiasa menjadi pemalu
  • Jika anak dikitari rasa iri, Ia akan terbiasa merasa bersalah
  • Jika anak serba dimengerti, Ia akan terbiasa menjadi penyabar
  • Jika anak banyak diberi dorongan, Ia akan terbiasa percaya diri
  • Jika anak banyak dipuji, Ia akan terbiasa menghargai

Sudahkah kita memperlakukan anak kita seperti itu ?

Mari kita mulai dari sekarang memperlakukan anak kita secara konsisten, artinya anak kita perlu kita perlakukan dengan secara konsisten “kenalkan dan biasakan”. Kita perlu kesabaran memperlakukan anak kita dengan cara memperkenalkan perilaku yang bagimana yang menjadi harapan kita, sesudah itu terus- menerus kita biasakan agar anak kita terus-menerus berprerilaku seperti itu. Jangan mudah menyerah apabila anak kita belum melakukan perilaku baik seperti yang kita harapkan, terus persuasi, dampingi, dorong sampai akhirnya dia menjadi terbiasa berperilaku sesuai harapan kita.

Anak sehat yang kita dambakan,

Sudah menjadi pendapat umum bahwa anak sehat itu ditentukan oleh pola makan dan pola hidup.

Pola makan yang bagaimana agar anak kita sehat ? Makan GIZI seimbang dan konsisten. Kita semua memahami ini, tetapi banyak orang tua yang gagal mewujudkannya, salah satu sebabnya kita tidak berhasil mengenalkan dan membiasakan pola itu kepada anak kita. Berapa banyak orang tua yang gagal membujuk agar anak kita mau makan sayur. Anak kita hanya mau makan lauk krupuk, mi instan atau hanya energen sereal. Mengapa begitu ? Dari pada menangis biar saja makan apa maunya. Inilah tantangan terbesar orang tua untuk melaksanakan konsep kenalkan dan biasakan dalam pola makan anak. Tanpa disadari oleh orang tua bahwa apa yang terjadi pada anak itu tidak hanya menimbulkan gizi buruk, bahkan bisa berdampak yang lebih besar lagi. Apabila anak tidak mendapatkan gizi seimbang dalam hidupnya, bukan hanya terjadinya gizi buruk yang berdampak pada anak mengalami berbagai gejala penyakit, kurang sehat, bahkan bisa berdampak pada pertumbuhan otak dan fisiknya juga akan terhambat.

Pada kesempatan ini kami kutipkan Konsep Hidup Sehat Dr. Hiromi Shinya (ahli bedah dan penulis buku the miracle of enzyme) :

  1. Menu makan yang Baik
    • 85-90% makanan nabati (tumbuh-tumbuhan)
      • 50% biji-bijian utuh, beras, kacang-kacangan, 30% sayuran hijau dan kuning, 5-10% buah-buahan
    • 10-15% protein hewani (ikan tawar / laut, daging ayam, daging bebek, daging sapi, daging kambing, telor, susu kedelai)
    • Mengunyah antara 30-50 kali agar makanan yang ditelan bersama air liur (enzim) mudah dicerna, makan yang hanya ditelan walaupun bubur karena tidak mengandung enzim sulit dicerna
  1. Air yang Baik
  2. Pembuangan yang Terartur
  3. Olahraga Secukupnya
  4. Istirahat yang Cukup
  5. Pernapasan dan Meditasi
  6. Kebahagiaan dan Cinta

Inilah pola makan dan pola hidup sehat ala Dr. Hiromi Shinya, mari kita mulai mewujudkan hidup sehat, termasuk kewajiban kita untuk membiasakan hidup sehat pada anak kita, selamat mencoba.

Kami bunda-bunda Permata sudah berupaya optimal menerapkan dalam pembimbingan, pengasuhan, pendidikan kepada anak-anak melalui pola “kenalkan dan biasakan”. Hal  ini kami terapkan dalam pola makan maupun perilaku baik pada anak-anak. Namun demikian apa yang kami lakukan tidak berarti apa-apa manakala rangkaian aktivitas dan kehidupan anak-anak ini hanya putus sebatas di lingkungan sekolah. Untuk itu kami mengajak Bapak/Ibu sekalian ayo kita berjuang bersama demi masa depan anak-anak kita, kalau bukan kita siapa lagi.

Kerjasama secara sinergi antara bunda-bunda dengan Bapak/Ibu untuk meletakkan dasar-dasar kehidupan yang sehat akan membuahkan hasil yang baik untuk anak-anak kita, tidak hanya sekarang tetapi hingga dewasa nanti. Barang kali pada kesempatan ini kami ingatkan kembali betapa pentingnya pendidikan, pembimbingan dan pengasuhan kita terhadap anak kita, karena apa yang kita lakukan sekarang tidak akan hilang ditelan jaman, ibarat “Mendidik Anak Usia Dini Ibarat Menulis Di Atas Batu”. Apabila anak-anak kita mulai sekarang sudah hidup sehat, pola makan dan pola hidupnya, benar dan baik, mereka akan sehat dan insyaallah cerdas. Apa kita tidak bangga memiliki anak yang sehat fisik dan mentalnya, cerdas dan sholeh, menjadi kebanggaan orang tua dan lingkungannya, itulah harapan kita semua.

Kami akan terus menerapkan konsep, teori dan program Yayasan Permata Pradita, agar capaian pendidikan nantinya benar-benar optimal yaitu : Dengan Pendekatan Kasih Sayang Peserta Didik Menjadi Cerdas, Mandiri, Santun dan Sholeh. Dengan motto “Bentuk Karakter Dengan Kasih Sayang”. Ayo kita tingkatkan kerjasama sinergi agar apa yang diterapkan di sekolah juga diterapkan di lingkungan keluarga.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb. 

\

        Parenting Permata, Konsep Hidup Sehat ala Dr. Hiromi Shinya (disadur Mugianto, M.Si)Mei 2016

DAHSYATNYA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Asalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Kalimat ini sangat sederhana karena setiap orang begitu terjaga pasti melakukan komunikasi, bahkan lebih 70% waktu selama hidupnya digunakan untuk berkomunikasi. Tidak mungkin kita hidup tidak berkomunikasi, yang menjadi pertanyaan bagaimanakah kualitas komunikasi kita ? Harmoniskah, menyenangkan, menyebalkan, atau bahkan terjadi miskomunikasi.

Kita lihat beberapa contoh kejadian :

Mungkin tidak akan pernah terjadi perang antar negara manakala antar pemimpin negara mampu berkomunikasi dengan baik dan terjadi kesepahaman.

Mungkin juga tidak akan terjadi perang antar suku, antar golongan, antar komunitas, manakala komunikasi antar pemimpin informal mereka mampu menjalin komunikasi dengan baik.

Mungkin tidak ada demo buruh manakala terjalin komunikasi yang harmonis antara pengusaha dan pekerja.

Mungkin tidak akan terjadi konflik di keluarga antara bapak dengan ibu, antara anak dengan orang tua, antara saudara bahkan keluarga besar sekalipun, manakala diantara anggota keluarga menjalin komunikasi yang harmonis dan penuh empati.

Komunikasi pada dasarnya adalah hubungan antara komunikator sebagai sumber pesan dengan komunikan sebagai penerima pesan. Apakah pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan benar/utuh oleh komunikan. Apabila pesan yang diterima sesuai dengan yang dikirimkan berarti komunikasi berjalan dengan baik, apabila sebaliknya terjadi miskomunikasi. Salah satu kunci keberhasilan komunikasi pada dasarnya apabila antara komunikator dan komunikan setara/sejajar, tidak ada yang lebih tinggi. Tidak bisa pemberi pesan mendikte penerima pesan, apabila itu yang terjadi maka pesan itu tidak bisa diterima. Inilah yang pada umumnya terjadi di berbagai media komunikasi.

Sebagaimana kita ketahui bersama perang sebesar apapun tidak akan bisa diselesaikan dengan senjata sehebat apapun, konflik dalam keluarga tidak bisa diselesaikan dengan mencari benar, sebandel apapun anak tidak bisa hanya dihardik. Semuanya hanya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang harmonis, duduk bersama, saling introspeksi diri, saling menghargai, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, itulah komunikasi. Kalau tidak dilakukan dengan posisi setara komunikasi tidak akan berlangsung secara efektif.

Bagaimana komunikasi kita dengan putra-putri kita.

Barangkali bapak/ibu sudah membantah duluan tentang komunikasi setara antara orang tua dengan anak ini, mana mungkin bapak/ibu dengan anak kok setara. Setara bisa diartikan empati artinya kita bisa merasakan apa yang dirasakan anak kita. Dapat pula setara kita memposisikan tingginya sama antara mata kita dan mata anak kita sejajar saling pandang. Setara dapat diartinya menyamakan persepsi tentang segala sesuatu yang menjadi topik pembicaraan. Apabila itu semua yang terjadi maka tidak ada masalah diantara ke duanya, sama-sama memahami, sama-sama mengakui bahwa itulah yang diharapkan bersama. Apabila orang tua menghardik, memaksa, mengancam kepada anak pada saat anak melakukan kesalahan, yang terjadi anak akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari hukuman yang akan dijatuhkan oleh orang tua, caranya dengan berbohong. Kalau ini yang terjadi berarti komunikasi tidak terjalin dengan baik, apa yang diharapkan orang tua tidak pernah terwujud.

Pada kesempatan ini Bapak/Ibu saya ajak mengingat penggalan puisi Doroti bagaimana melakukan komunikasi dengan anak dan apa dampaknya :

  • Jika anak banyak dicela, Ia akan terbiasa menyalahkan
  • Jika anak banyak dimusuhi, Ia akan terbiasa menentang
  • Jika anak dihantui ketakutan, Ia akan terbiasa merasa cemas
  • Jika anak banyak dikasihani, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
  • Jika anak dikelilingi olok-olok, Ia akan terbiasa menjadi pemalu
  • Jika anak dikitari rasa iri, Ia akan terbiasa merasa bersalah
  • Jika anak serba dimengerti, Ia akan terbiasa menjadi penyabar
  • Jika anak banyak diberi dorongan, Ia akan terbiasa percaya diri
  • Jika anak banyak dipuji, Ia akan terbiasa menghargai

Dengan penggalan puisi tersebut membantu kita untuk melakukan introspeksi mana yang kita lakukan dalam komunikasi dengan anak-anak kita, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan anak-anak kita. Pada begian lain ada pendapat anak adalah peniru ulung, apa yang dilihat keseharian itulah yang ditiru. Apabila keseharian dalam berkomunikasi kita dengan nada keras, dengan nada membentak, dengan memaksa, yang terjadi adalah  anak kita juga akan berprilaku seperti contohnya.

Mari kita berubah, dapatkah kita berkomunikasi dengan baik dan setara, bahwa anak-anak kita adalah teman-teman komunikasi yang harmonis dan setara, yang penuh empati, penuh kasih sayang. Bicaralah dengan hal-hal yang positif agar anak kita juga tidak kehabisan energi untuk berbohong agar terhindar dari hukuman. Apabila ini yang terjadi anak akan  menjadi pribadi yang  mandiri karena kita selalu berprasangka baik (khusnudhon), insyaallah anak kita akan menjadi anak yang manis selalu membahagiakan orang tua. Apa yang kita rasakan akan berpengaruh pada bahasa tubuh kita, kita berprasangka baik bahasa tubuh kita akan tampak ceria, bahasa lisan kita akan enak didengar, kalau sebaliknya kita berprasangka jelek bahasa tubuh kita juga akan terlihat tidak ceria, apalagi bahasa lisan kita kurang enak didengar.  

Kita coba ambil contoh perilaku anak kita, mengapa anak suka bermain tanah, karena kita berasal dari tanah. Mengapa anak suka merusak mainnya, di dunia ini tidak ada yang kekal. Jadi kadang-kadang kita bisa mendapat inspirasi dari anak, untuk itu ayo kita berubah cara kita berkomunikasi dengan anak, karena bahasa kita pada saat berkomunikasi itulah yang akan mewarnai karakter anak kita. Kadang-kadang kita tidak menyadari apa yang dilakukan anak kita itu mempunyai nilai filosofi yang amat tinggi.

Bersama bunda-bunda permata kita bangun karakter anak menjadi cerdas, mandiri, santun dan sholeh, amin. Kebersamaan inilah modal dasar untuk membangun karakter, kami hanya meletakkan pondasi, kami hanya menanam, bapak/ibu yang merawat, sinergi ini yang sangat kami harapkan, caranya bangun komunikasi seharmonis mungkin.

Wasalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Parenting Permata (penulis Mugianto, M.Si)Play Group Islam Permata 2015

PENYEBAB ANAK BERPERANGAI BURUK

Asalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Hampir tidak ada orang dewasa yang hidupnya tidak bersentuhan dengan dunia anak, apakah sebagai orang tua, kakek-nenek, guru, pengasuh, bahkan masyarakat pada umumnya. Perilaku kita orang dewasa inilah yang akan mewarnai perilaku anak-anak. Namun hal ini banyak tidak kita sadari, tahu-tahu anak sudah berperilaku buruk, sering kali respon kita adalah menghardik anak tanpa kita cari akar permasalahannya. Pada kesempatan yang baik ini marilah kita mencoba mencari faktor-faktor penyebab timbulnya anak berperilaku buruk :

  • Melupakan Allah :

Sudah menjadi tabiat manusia, jika ditimpa kesusahan dan kesulitan hidup, dia akan berdoa dan memohon kepada Allah agar kesulitannya dihilangkan. Sayangnya, ketika kesulitan itu sirna, dengan segera diapun kembali pada kebiasaan hidup semula melupakan Allah. Kebiasaan melupakan keberadaan Allah bisa menjadi sumber perangai buruk manusia karena Allah hanya diingat saat dibutuhkan : Allah hanya ada saat seseorang ditimpa kesulitan hidup. Namun jika berada dalam kesenangan, serta merta Allah dilupakan. Jika hal ini terus- menerus dilakukan sampai menjadi perilaku yang biasa (tabiat), perangai manusia macam ini cenderung akan buruk.

  • Bangga, Riya’, dan Sombong :

Bangga atau ujub adalah penyakit hati. Bangga merupakan rasa besar hati seseorang karena mempunyai kelebihan atau keunggulan dari pada orang lain dalam hal keturunan, pengetahuan, kekuatan, maupun harta. Orang ini mengira bahwa dirinya mempunyai kelebihan karena usahanya sendiri. Dia lupa bahwa Allahlah yang telah memberikan nikmat kepadanya sehingga mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain. Oleh karena itu, bangga dikatakan penyakit hati stadium satu. Jika tidak cepat disembuhkan penyakit ini akan naik ke stadium selanjutnya.

Riya’ adalah stadium selanjutnya penyakit hati. Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Jika sifat riya’ bertahan, penyakit hati akan naik ke stadium ke tiga, yaitu sombong.

Sombong dapat diartikan : merasa atau menganggap dirinya besar dan tinggi karena adanya kebaikan atau kesempurnaan pada dirinya, baik berupa harta, ilmu maupun yang lain.

Jika kebaikan dan kesempurnaan itu secara sadar dipahami sebagai karunia Allah, ini buka termasuk sifat sombong. Sombong lebih cenderung menolak kebenaran yang datang dari pihak lain.

Kalau diumpamakan bangga diri, riya’ dan sombong sebagai bangunan tiga lantai. Jika sejak usia dini anak sudah dihindarkan dari lantai dasar penyakit hati, yaitu bangga diri, semoga anak kita terhindar dari dua lantai selanjutnya, yaitu riya’ dan sombong.

  • Tidak bersyukur dan mudah putus asa :

Tidak bersyukur atau mudah putus asa adalah salah satu penyebab perilaku buruk. Ketika mendapatkan nikmat dan sesuatu yang diharapkan, orang ini sangat gembira. Namun jika nikmat itu hilang atau sesuatu yang diharapkan tidak tercapai, orang ini langsung putus asa.

  • Kikir dan berkeluh kesah :

Kata lain dari kikir adalah bakhil atau pelit, yaitu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Penyakit hati ini menyebabkan seseorang berperilaku buruk. Biasanya, sifat kikir muncul karena seseorang merasa bahwa harta miliknya didapat dengan susah payah sehingga dia enggan berbagi dengan orang lain karena takut harta tersebut akan berkurang. Pola pikir ini menandakan orang yang tidak percaya kepada rezeki yang sudah dijanjikan Allah.

Kikir juga muncul karena ketakutan akan ada yang menyaingi harta yang sudah dikumpulkannya. Ketika orang kikir merasa hartanya berkurang meskipun sedikit, akan muncul penyakit hati yang lain, yaitu berkeluh kesah. Biasanya orang kikir sering berkeluh kesah kepada orang lain dan merasa dia sebagai orang yang paling susah di seluruh dunia ini.

  • Melampaui batas :

Melampaui batas adalah penyakit hati dan penyebab perilaku buruk. Seseorang yang diberi rezeki oleh Allah, yang berupa harta, pengetahuan, kesempatan atau kesehatan, akan berujung pada dua hal : merasa cukup dan bersyukur atau merasa belum cukup, hingga menjadi sumber penyakit hati melampaui batas. Sesuatu yang berlebihan tentu akan berdampak negatif.

  • Tergesa-gesa :

Sifat dan kebiasaan tergesa-gesa salah satu penyebab terjadinya perilaku buruk seseorang. Sikap tergesa-gesa merupakan cerminan seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan dan ketenangan dari kesabarannya. Sikap tergesa-gesa bisa mendatangkan keburukan dan menghalangi kebaikan.

  • Suka membantah :

Manusia cenderung mempunyai kebiasaan suka membantah atas sesuatu yang sudah mutlak kebenarannya. Sifat ini akan menjadi penyebab perangai buruk.

Ketujuh hal ini menjadi faktor dominan penyebab awal anak berperangai buruk. Apabila anak kedapatan berperangai buruk tersebut seyogianya orang tua segera mencari penyebabnya dan mencari solusinya. Apa yang perlu kita lakukan ?

  • Aktifkan paradigma fitrah :

Anak adalah manusia baik dan mempunyai kecenderungan untuk kembali menjadi baik, sebab pada hakekatnya anak mempunyai fitrah illahiah.

  • Berdoalah kepada Allah :

Doa akan membantu kita menyelesaikan masalah.

  • Teliti faktor yang dominan :

Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang penyebab anak berperilaku buruk, baru kemudian mencari solusinya untuk membantu menyadarkan anak kita.

Selamat mencoba. . . .

Walaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh.

Parenting Permata (sumber Munif Chatif) disadur Play Group Islam Permata 2014

DARI LINGKUNGAN HIDUPNYA ANAK-ANAK BELAJAR
  • Jika anak banyak dicela, Ia akan terbiasa menyalahkan
  • Jika anak banyak dimusuhi, Ia akan terbiasa menentang
  • Jika anak dihantui ketakutan, Ia akan terbiasa merasa cemas
  • Jika anak banyak dikasihani, Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
  • Jika anak dikelilingi olok-olok, Ia akan terbiasa menjadi pemalu
  • Jika anak dikitari rasa iri, Ia akan terbiasa merasa bersalah
  • Jika anak serba dimengerti, Ia akan terbiasa menjadi penyabar
  • Jika anak banyak diberi dorongan, Ia akan terbiasa percaya diri
  • Jika anak banyak dipuji, Ia akan terbiasa menghargai
  • Jika anak diterima oleh lingkungannya, Ia akan terbiasa menyayangi
  • Jika anak tidak banyak dipersalahkan, Ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri
  • Jika anak mendapatkan pengakuan dari kiri-kanannya, Ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya
  • Jika anak diperlukan dengan jujur, Ia akan terbiasa melihat kebenaran
  • Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, Ia akan terbiasa melihat keadilan
  • Jika anak mengenyam rasa aman, Ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang sekitarnya
  • Jika anak dikerumuni keramahan, Ia akan terbiasa berpendirian : “Sungguh Indah Dunia Ini”

Bagaimana anak anda ?

(Dorothy)

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

POLA ASUH ANAK AGAR MANDIRI

Tanamkan kebiasaan positif sejak dini, beri contoh, lalu reward.

   Betapa senang bunda jika melihat si kecil bisa bangun pagi sendiri, mandi, lalu mengucap doa sebelum menyantap sarapan. Cara makannya pun rapi, menggunakan tangan kanan. Kebiasaan-kebiasaan positif akan melekat pada benak si kecil, jika ditanamkan sejak usia masih sangat dini.

Menularkan kebiasaan positif bahkan sudah bisa dilakukan bunda ketika buah hati baru lahir. Saat masih bayi, si kecil sudah bisa menerima input-input dasar perilaku dari bunda dan orang-orang sekitarnya. Karena itu, sejak saat itu pun si kecil sudah bisa diarahkan untuk membiasakan diri melakukan hal-hal positif.

   Dasar-dasar pembentukan kebiasaan, bisa dilakukan secara optimal mulai usia nol hingga delapan tahun. Sesudahnya, anak memang masih bisa ditanamkan kebiasaan positif. Tetapi untuk pembentukan karakter, yang paling baik adalah usia dini. Karena itu, hasil paling bagus bisa dicapai kalau dibentuknya di bawah usia delapan tahun.

   Pemerolehan kebiasaan dasar merupakan proses pembelajaran yang terjadi secara terus menerus atau berulang-ulang yang berlangsung secara konsisten. Proses pembelajaran itu bisa berupa proses pengkondisian yang melibatkan panca indera, maupun organ motorik si kecil.Oleh karenanya, sejak anak lahir dia sudah bisa dikondisikan untuk belajar.

   Pelajaran awal yang bisa diberikan, antara lain, menggunakan dengan baik panca indera dan organ motoriknya. Tentu tergantung dengan jenis kebiasaan yang ingin diterapkan. Juga usia, kemampuan dan tahap perkembangan si kecil.

Salah satu contohnya adalah kebiasaan berdoa sebelum makan. Hal itu bisa ditanamkan sejak kecil masih mengkonsumsi ASI. Caranya, bunda bisa membaca doa sebelum memberikan ASI. Secara otomatis, si kecil pun terbiasa mendengar doa yang dibaca bunda sebelum minum susu.

   Nah, apa yang didengar oleh si kecil ini akan tersimpan dalam ingatannya. Dan ketika dia mampu mengeluarkan kata dan mulai bisa bicara, maka si kecil cenderung menirukan apa yang terbiasa dia dengar. Dalam hal ini, dia akan terbiasa berdoa sebelum makan. Kata-kata yang dia pelajari itulah yang akan diucapkan.

   Kebiasaan lain yang bisa diajarkan kepada si kecil adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Hal itu dapat diajarkan ketika anak mulai belajar memegang makanan. Hal-hal kecil yang setiap hari dia alami patut diajarkan secara rutin.

   Suatu kebiasaan akan terpelihara, jika dia mendapatkan umpan balik yang menyenangkan. Artinya apabila bunda melihat si kecil melakukan sesuatu hal yang baik, maka berilah tanggapan yang positif seperti pujian atau hadiah. Tujuannya agar dia merasa senang dan ingin terus melakukannya secara berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan yang menetap.

   Taktik ini bisa dilakukan agar si kecil terbiasa untuk melakukan kebiasaan baik seperti menggosok gigi secara rutin, memberi salam, mengucapkan terima kasih, meminta sesuatu dengan kata tolong, dan menggunakan kata maaf ketika melakukan kesalahan. Kebiasaan sehari-hari yang bersifat sederhana atau menyangkut self help dan etika sosial yang sederhana itulah yang bisa dikenalkan kepada buah hati secara bertahap.

   Metode yang bisa dilakukan untuk menerapkan kebiasaan positif pada anak. Antara lain metode modelling, atau pemberian contoh, dimana bunda memberi contoh konkrit berupa pemikiran, sikap dan perilaku yang patut dicontoh.

   Metode lainnya dikenal dengan habiatuasi atau dilakukan secara berulang-ulang. Dengan metode ini, bunda dan ayah memfasilitasi dan memonitor proses terbentuknya kebiasaan baik yang harus dilakukan oleh si kecil. Selanjutnya, bisa dengan metode reinforcement, yakni memberi penguatan agar anak mampu mempertahankan dan memelihara kebiasaan baik yang diharapkan orang tua.

   Penguatan bisa berbentuk pujian, elusan, pelukan, hadiah atau apapun yang menyenangkan bagi si kecil. Itu hendaknya diberikan setelah si kecil melakukan kebiasaan tertentu yang positif. Diharapkan efek menyenangkan yang diperoleh si kecil akan menjadi dorongan agar dia mengulang kebiasaan tertentu.

Wajib jaga konsistensi.

   Bahasa pertama yang diterima si kecil memang berasal dari bahasa ibu. Namun ayahpun harus bisa menjadi contoh buah hati. Kedua orang tua harus memberikan respons segera dan bersifat positif manakala melihat si kecil melakukan sesuatu hal yang baik.

   Sebelum berharap si kecil melakukan kebiasaan baik, bunda dan ayah terlebih dahulu melakukan hal yang sama seperti yang diharapkan kepada buah hati. Misalnya ketika bunda dan ayah ingin si kecil memiliki kebiasaan mengucapkan terima kasih, maka orang tua harus melakukan hal yang sama terlebih dahulu. Dan hal ini harus dilakukan secara konsisten. Bila orang tua berharap anak mempunyai kebiasaan merapikan buku, maka orang tua perlu menunjukkan perilaku rapi terlebih dahulu.

   Si kecil memerlukan model dalam membangun kebiasaannya. Yakni sebuah contoh nyata yang selalu berada di sekelilingnya. Kebiasaan diperoleh secara bertahap sehingga target bunda dan ayah terhadap capaian si kecil juga harus dibangun secara bertahap. Harus disesuaikan dengan usia, kemampuan, dan kapasitas perkembangan anak.

   Orang tua harus bertindak secara konsisten melakukan hal-hal yang positif. Ketika orang tua melakukan kesalahan sekali, maka akan terjadi inkonsistensi di depan buah hati. Saat hal itu terjadi, maka dia harus segera menyadari dan minta maaf kepada si kecil, serta meluruskan kembali apa yang harus dilakukan bunda maupun ayah. Akumulasi inkonsistensi akan mencederai kepercayaan anak sehingga dapat merusak pola kebiasaan yang sudah terbentuk pada si kecil.

   Selain diberi contoh saja, anak-anak juga butuh diperlukan secara lembut. Bunda dan ayah tidak menggunakan kalimat yang bernada dan berarti kasar. Bahkan bunda seharusnya menghindari kalimat ancaman. Pahami kendala mengapa anak belum mampu melakukannya, lalu berikan informasi bahwa kebiasaan baik itu akan memberikan efek yang baik pula buat dirinya.

   Disamping bunda dan ayah, saudara kandung juga mampu menjadi role model dan mitra yang baik untuk saling menguatkan terbentuknya kebiasaan positif. Kebiasaan ini dengan sendirinya akan membentuk cara anak tumbuh dan berkembang serta menentukan karakter si kecil. Karakter anak akan membentuk pilihan untuk bersikap dan berperilaku dalam hidupnya. Pilihan dalam hidup anak akan membentuk masa depan anak.

Metode pembentukan kebiasaan positif anak :

Modelling             : orang tua sebagai contoh bagi anak

Habituasi              : orang tua memfasilitasi dan monitor anak

Reinforcement    : orang tua membantu memelihara kebiasaan baik

(Nur Ainy Fardana, S.Psi, M.Si, Psikolog.   Jawa Pos, Minggu 18 Maret 2012 hal. 5)